Jumat, 24 Maret 2017

Sepenggal Pengalaman di Balai Rehabilitas Sosial Wanita Yogyakarta

Kegiatan KKN UPY ke-31 di laksankan dari tanggal 20 Februari 2017 hingga 20 maret 2017, Mulai dari pembekalan di tanggal 11 Februari 2017 dilanjutkan Observasi di Balai Rehabilitas dan Perlindungan Sosial Wanita di Cokrobedog, Sidoarum, Sleman pada kamis, 16 februari 2017. Sederet kegiatan telah kami susun sedemikian rupa agar kegiatan itu berjalan lancar, kami bahu-membahu untuk saling melancarkan kegiatan program kelompok besar, kelompok kecil maupun program individu, senua saling menolong agar kegiatan berjalan lancar karena kami adalah mahasiswa KKN Alterntif yang hampir semua telah bekerja di berbagai instansi di Yogyakarta. Kesibukan kerja menjadi kendala setiap peserta KKN Alterntif namun kami telah menemukan kemufakatan bersama agar kegiatan KKN ini berjalan lancar, pertama membuat jadwal shif jaga posko agar Kegiatan kami ini terlaksana, dan selalu kami pantau kegiatan di BPRSW yang di mulai pukul 08:00WIB hingga 21:00 WIB, kedua kami membuat group What’s UP yang mempermudah komunikasi antar anggota. Saya kebanyakan kebagian shif pagi karena kerja saya siang, dan sesekali masuk siang bila ada kegiatan kelompok besar, kecil atau menjalankan program individu, program individu saya ada 2 yang pertama mengajari membuat telur asin kelas OP(Tata Boga/Olah Pangan) terlaksana pada senin, 27 Februari 2017, Kedua mengajari bunga dari Sedotan Terlaksana pada Senin, 13 Maret 2017. Kegiatan program individu membuat telur asin sangat di sambut antusias oleh peserta, saya di bantu peserta KKN yang lain yaitu Ibu Indah tri lestari, Penjelaskan sesi demi sesi berjalan lancar hingga proses pembuatan telur asin selesai, kami memasak telur asin itu selang 11 hari pada kamis, 9 Maret 2017 dan membaginya pada semua wisma maupun TU agar bisa mencicipi kreasi kami, dan kami berencana memasukan telur asin dalam Bazar. Kegiatan Program Individu membuat bunga dari Sedotan, tak seperti membuat telur asin program ini saya fokuskan pada wisma sembodro, namun karena pelaksanaan di pukul 19:00 sehabis Isya maka peserta yang berminat hanya sekitar 9 peserta, dan meskipun saya telah membuat propaganda akan di putarkan Film Warkop DKI reborn di hari pengumuman jadwal pelaksanaan jauh-jauh sebelum kegiatan terlaksana tetap saja peserta lebih memilih rehat karena memang jadwal belajar di hari senin hingga pukul 17:00 WIB. Alhamduliah atas bantuan teman-teman KKN yang lain Ibu Rina, Ibu Tia dan Mbak Faiz sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan lancar hingga pukul 21:00 WIB dan kami putarkan Musik agar mengusir Kantuk dan Bosan serta lelah dan tentu juga menepati janji saya memutarkan warkop DKI Reborn (part1 Jangkirik Boss). Pembelajaran di BPRSW di mulai dari peserta yang merupakan perempuan rawan sosial, korban kekerasan, KDRT, atau hanya sekedar ingin mendapat kursus tanpa biaya( jahit, Masak, Salon), atau bahkan para remaja korban pergaulan bebas/salah pergaulan, Mereka semua berada di balai ini diantarkan oleh keluarga, di jemput oleh Pekerja sosial, atau titipan dari lembaga Negara lain semisal satpol PP. Kegiatan pembelajaran membatik di laksanakan tiap hari selain jum’at dan sabtu di bimbing oleh pak Endro P semua siswa baru biasanya harus mengikuti masa orientasi di tempat ini selama 1 bulan, kemudian mereka akan konsultasi ke pembimbing untuk penempatan jurusan(keterampilan Menjahit, Olah pangan, Salon atau mereka ingin tetap berada di batik juga di ijinkan), kegiatan membatik merupakan tempat yang menarik karena melatih ketrampilan, kesabaran, ketenangan juga di bimbing oleh pak endro, seorang instruktur membatik yang sangat ramah dan sabar terhadap anak-anak didik. Dalam beberapa kesempatan saya pernah bertanya terhadap anak didik yang baru masuk sekitar 1 minggu salah satunya Fani gadis kecil yang berusia 14 tahun yang memiliki kehidupan yang kurang beruntung karena terkendala ekonomi hingga tidak mampu melanjutkan sekolah dan droup out di kelas 2 SMP, Fani berasal dari keluarga brokenhome yang ibunya menikah lagi dan tinggal di Sedayu,Bantul, Ayah kandung Fani berasal dari Wonosobo, Fani sempat berada di kampong halaman sang ayah untuk melanjutkan sekolah namun di kabupaten Wonosobo ini ia sakit-sakitan dan akhirnya harus ikut ibu di bantul. Kehidupan ekonomi keluarga baru Fani yang tidak stabil dan biaya sekolah swasta yang mahal menjadi kombinasi yang menghentikan langkahnya di jalur pendidikan formal, ia tak bersekolah lagi hari-harinya ia habiskan di rumah tanpa bersosialisasi dengan lingkungan, mungkin karena malu teman sebaya menuntut ilmu di sekolah atau juga karena pengekangan dari sang keluarga,Membuat Fani kecil yang sorot matanya begitu tajam merasa tak bebas, hingga akhirnya ia di jemput oleh Pekerja Sosial untuk mendapat pendidikan Nonformal di Balai Rehabilitas dan Perlindungan Sosial Wanita, Setelah 1 minggu di batik saya menanyakan pada dia banyak hal hingga pada sebuah pertanyaan, Ssetelah di batik mau kemana?, ia menjawab ingin di praktek menjahit karena kalau punya ketrampilan menjahit bisa buka usaha sendiri di rumah, atau bisa juga buat kerja. Jawaban ini sangat menarik buat ku, gadis kecil yang sorot matanya begitu tajam ternyata memiliki pemikiran dewasa dan jauh kedepan. Konflik yang sering terjadi di kalangan siswa BPRSW yaitu seperti konflik kebanyakan wanita di sekolah umum seperti masalah cinta, masalah teman dekat, geng-gengan maupun sinisme khas watak perempuan yang iri dan tak suka dengan perempuan yang lain, namun semua masalah itu dapat segera di damaikan karena pada dasarnya semua masalah karena miss komunikasi dan merasa tidak diperlakukan adil. Secara umum kegiatan di BPRSW ini sangat menarik, namun terkadang ada beberapa guru yang berhalangan mengajar terutama saat sore untuk itu kami KKN UPY 2017 sering mengajak beberapa siswa untuk main voli, bulutangkis, kasti agar waktu luang mereka terisi hal-hal yang positif dan menyehatkan jasmani. Beberapa kegiatan kami yang sangat di sambut antusias oleh siswa disini seperti menguras kolam ikan, memasak, membatik dan juga kegiatan pengajian yang di lakukan pada kamis, 16 Maret 2017 semua peserta dari Siswa BPRSW, Karyawan, Serta dari Mahasiswa KKN UPY 2017 kompak bersama menghadiri pengajian. Itulah sepenggal pengalaman KKN di BPRSW yang semakin menambah pengetahuan tentang kehidupan, tentang rasa syukur, tentang rasa empati, peduli dan kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar