Prinsip-Prinsip
Dasar Akuntansi
Ilmu Akuntansi Menggunakan
Dasar-Dasar Dalam Proses Pencatatan Dan Pelaporan.Alur Dalam Pencatatan
Dan Pelaporan Harus Terpadu Sesuai
Kaidah Akuntansi Dan Juga Harus Mutlak Dinilai Secara Obyektif.Prinsip-Prinsip Akuntansi Di Perbuat
Di Setiap Negara Menurut Keperluan Masing-Masing Suatu Negara Oleh Badan Ahli
Yang Cakap Dan Ahli ,Dan Di Indonesia
Badan Yang Berhak Dan Juga Bertanggungjawab Akan Peraturan Akuntansi Di
Indonesia Adalah IAI ( Ikatan Ahli Indonesia ).Adapun Prinsip-Prinsip Akuntasi
Yang Berlaku Umum Terdiri Dari 10 Macam Prinsip Antara Lain Sebagai Berikut:
Ø Prinsip
Entitas
Ø Prinsip
Satuan Moneter
Ø Prinsip
Kurun Waktu
Ø Prinsip
Biaya History
Ø Prinsip
Pengungkapan Lengkap
Ø Prinsip
Usaha Berkesinambungan/ Berterusan
Ø Prinsip
Mempertemukan
Ø Prinsip
Pengakuan Pendapatan
Ø Prinsip
Materialitas
Ø Prinsip
Konservatif
1.Prinsip Entitas
Ini
Menjelaskan Konsep Kesatuan Usaha Yang Suatu
Usaha Mesti Berdiri Sendiri Dan Terpisah Dari Usaha Atau Individu Lain. Jadi,
Segala Pencatatan Akuntansi Tidak Diperkenankan Bercampur-Baur Dengan
Pencatatan Usaha Atau Individu Lain Termasuk Pemiliknya Sendiri. Batas-Batas
Suatu Entitas Bukanlah Perbatasan Yang Diciptakan Oleh Hukum. Walaupun
Perusahaan Induk Dengan Perusahaan Anaknya Merupakan Dua Badan Hukum Yang
Terpisah Akan Tetapi Keduanya Dipandang Sebagai Satu Entitas Pelaporan Untuk
Tujuan Akuntansi Dan Hasil Ini Bukan Merupakan Penyimpangan Dari Konsep
Kesatuan Akuntansi.
2.Prinsip Satuan Moneter
Artinya
Konsep Ini Hanya Mencatat Transaksi Yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Tanpa
Melibatkan Bagian Nonkuantitatif Seperti Mutu Layanan Konsumen Dan Prestasi
Pegawai, Pasalnya Bagian Ini Tidak Dapat Dilaporkan Dalam Bentuk Laporan
Keuangan Karena Tidak Memilik Nilai Yang Pasti Sebagai Acuan Ukur, Alat Yang Paling Efektif Untuk Mengungkapkan
Pengukuran Aktiva Dan Kewajiban Perusahaan Serta Perubahan-Perubahan Asetnya
Adalah Uang.
3.Prinsip Kurun Waktu
Penilaian Dan Pelaporan Keuangan Suatu
Perusahaan Dibatasi Hingga Waktu Tertentu Dan Di Laporkan Dalam Jangka Tertentu
Biasanya Tahunan,Bulanan,Mingguan Dan Hariaan. Ini Dimaksudkan Agar Suatu
Informasi Berubahan Keuangan Unit Usaha
Dapat Dilaporkan Dan Digunakan Oleh Pihak Terkait Guna Memberikan
Keputusan Tanpa Harus Menunggu Ketika
Usaha Yang Dijalankan Dalam Kondisi Kritis Dan Nyaris Tutup/Bangkrut.
4. Prinsip Biaya Historis
Konsep Yang Mengharuskan Penggunaan Harga Perolehan Yang Sesungguhnya
Dalam Menilai Harta Atau Jasa Yang Dibeli. Jika Pada Proses Pembelian Terjadi
Tawar-Menawar ,Maka Itu Berarti Yang
Dinilai Yakni Harga Kesepakatan Bukan Harga Yang Di Tawarkan. Ada Berbagai Cara
Yang Digunakan Untuk Menilai Suatu Harta/Jasa Meliputi Nilai Buku, Nilai Pasar,
Nilai Tunai, Dan Nilai Ganti.
5. Prinsip Pengungkapan Lengkap
Penyajian Laporan Keuangan Harus Informatif
Dan Dapat Dipahami Sepenuhnya Tidak Ada Yang Di Manipulasi Serta Apa Adanya.
6.Prinsip Usaha Berterusan
Anggapan Bahwa Suatu Entitas
Ekonomi Berjalan Berkesinambungan Tanpa Ada Kejadian Pembubaran Kecuali Jika
Ada Peristiwa Tertentu Yang Dapat Menyanggahnya. Berkesinambungan Maksudnya
Bahwa Suatu Entitas Akuntansi Dipandang Akan Beroperasi Terus Untuk
Merealisasikan Aktivitas-Aktivitas Usahanya. Dapat Diasumsikan Bahwa Entitas Akuntansi Itu Tidak
Akan Dilikuidasi Dalam Jangka Waktu Yang Dapat Diramalkan Atau Bahwa Entitas
Tersebut Akan Berjalan Terus Untuk Peride Yang Tidak Dapat Ditentukan. Dengan
Demikian Laporan Keuangan Memberikan Pandangan Sementara Mengenai Keadaan
Perusahaan Dan Hanya Merupakan Sebagian Dari Laporan Keuangan Yang
Berkesinambungan.
Konsep
Kesinambungan Membenarkan Penilaian Aktiva Dasar Bukan Nilai Likuidasi Dan Membenarkan
Penggunaan Historikal Cost Untuk Beberapa Penilaian Serta Penerapan
Penyusutan Atau Amortisasi Untuk Aktiva Tetap. Berdasarkan Konsep Ini Maka
Pelaporan Akuntansi Tidak Dimaksudkan Sebagai Nilai Dasar Perusahaan Pada
Tanggal Pelaporan.
7. Prinsip Mempertemukan
Dalam Menetapkan Laba Bersih Secara Berkala Pada Dasarnya Menyangkut Dua
Masalah Yaitu : Pendapatan Yang Diakui Dalam Periode Tersebut Dan Biaya-Biaya
Yang Timbul Terpakai (Beban) Yang Harus Dialokasikan Keperiode-Periode Tersebut.
Masalah Yang Timbul Adalah Masalah Waktu Yaitu Kapan Pendapatan Dan Biaya
Tersebut Ditetapkan Karena Biaya-Biaya Tersebut Harus Dipertemukan Dengan
Pendapatan, Maka Pembebanan Biaya Sangat Tergantung Pada Saat Pengakuan
Pendapatan Dan Dilaporkan Dalam Periode Diakuinya Pendapatan. Apabila Pengakuan
Pendapatan Ditunda, Maka Pembebanan Biaya Akan Ditunda Sampai Saat Diakuinya
Pendapatan. Atau Lebih Sederhananya Biaya Dipertemukan (Matching)
Dengan Pendapatan Karena Adanya
Biaya Yang Dimaksud. Konsep Ini Akan Menghasilkan Nilai Berupa Penghasilan
Bersih Selama Kurun Waktu Tertentu. Konsep Ini Diterapkan Biasanya Ketika Akan
Membuat Jurnal Penyesuaian Di Mana Akan Ada Pengakuan Dan Biaya Yang
Sesungguhnya.
8. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan Merupakan Hasil Imbalan Terhadap Adanya Penyerahan Barang Atau
Jasa Yang Telah Di Produksi Dalam Operasi Perusahaan. Pendapatan Merupakan
Unsur Yang Paling Utama Dalam Menentukan Tingkat Laba Yang Dapat Dilihat
Sebagai Prestasi Perusahaan Dalam Mengoperasikan Perusahaannya Dalam Suatu
Periode Tertentu.Sedangkan Pengertian Dari Pendapatan Menurut Ahmed Riahi-Belkaoui Dalam Bukunya “Teori
Akuntansi”
“Revenue (Pendapatan) Adalah Arus
Masuk Atau Peningkatan Nilai Assets Dari Sebuah Entitas Atau
Pelunasan Utangnya (Atau Kombinasi Dari Keduanya) Selama Satu Periode Tertentu
Yang Berasal Dari Pengiriman Atau Pembuatan Barang. Pemberian Jasa, Atau
Pelaksanaan Aktivitas Lainnya Yang Merupakan Kegiatan Utama Yang Masih
Berlangsung Dari Entitas Tersebut”. Atau Lebih Sederhananya Bahwa
Pendapatan Merupakan Kenaikan Harta Karena Telah Terjadinya Kegiatan Usaha
Seperti Penjualan, Persewaan, Penerimaan Bagi Hasil, Dsb.
9. Prinsip Materialitas
Akuntansi Diterapkan Berdasarkan Teori Untuk Menyeragamkan Aturan Namun
Pada Kenyataannya Tidak Semua Penerapan Itu Senantiasa Menuruti Teori Yang
Dimaksud. Oleh Karena Itulah, Tidak Jarang Terjadi Pengungkapan Informasi Yang
Material Atau Immaterial.
10. Prinsip Konservatif
Kejadian-Kejadian Dimasa Yang Akan
Datang Dalam Kegiatan Ekonomi Penuh
Dengan Ketidakpastian Dan Juga Penuh Dengan Berbagai Resiko Yang Selalu
Menyelubungi, Akuntansi Senantiasa Berpedoman Pada Suatu Konsep Berhati-Hati
Yang Dikenal Dengan Konsep Konservatif.
Konsep Concervatism Merupakan Konsep
Dalam Akuntansi Yang Konvensional, Yang Timbul Dari Ketidakpastian Dalam
Pelaporan Keuangan. Konsep Ini Menekankan Jika Terdapat Beberapa Kemungkinan
Penilaian Untuk Suatu Perkiraan, Maka Untuk Perkiraan Pendapatan Aktiva
Sebaiknya Dipilih Alternatif Yang Akan Menghasilkan Nilai Paling Kecil Dan
Sebaliknya Untuk Perkiraan Kewajiban Dan Beban Sebaiknya Dipilih Alternatif
Yang Akan Menghasilkan Nilai Terbesar. Selain Itu Konsep Ini Juga Mengandung
Pengertian Bahwa Adanya Indikasi Timbulnya Biaya Harus Diakui Apabila Telah
Disertai Bukti Yang Cukup Mengenai Kepastian Dari Pendapatan Tersebut. Lebih
Sederhananya
Penyusunan Laporan Keuangan Dengan Pencatatan Nilai Yang
Direndahkan Untuk Prakiraan Laba. Dan Pencatatan Nilai Terbesar Untuk Pencatatan
Biaya. Prinsip Ini Mengarahkan Akuntan Atau Pelaku Akuntansi Untuk
Mengantisipasi Jika Terjadi Kerugian.
Tugas Mata
Kuliah AKM II ( 10 Prinsip Akuntansi )
Anggota
Kelompok : 1.Supriono